A.
Sejarah Penemuan Lisosom
Lisosom
ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan dipostulatkan olehnya pada
tahun 1955 dari data biokimia. Sebelumnya de Duve dan kawan-kawannya mencoba
meneliti kandungan enzim dari fraksi-fraksi yang dipisahkan dari homogenate sel
hati tikus melalui pemusingan atau sentrifugasi deferensial. Hal menarik
perhatian mereka adalah penelitian tentang enzim dan fraksi yang dikandung oleh
mitokondria. Mereka mencoba memperhalus prosedur pemusingan, dan mereka
berhasil mendapat fraksi yang kompleks, walau serupa dengan mitokondria dan
sifat-sifat sedimentasinya, tetapi ada enzim yang berbeda dengan apa yang ada
pada mitokondria.
Dalam
fraksi ini mereka secara tidak sengaja mendapat sejumlah enzim hidrolitik,
termasuk fosfatase asam. Mereka kemudian melakukan eksprimen biokimia yang
menghasilkan postulat bahwa enzim hidrolik akan tertampung dalam vasikel
berukuran 0,4 µm, dan bahwa setiap vesikel akan dibatasi membran yang mencegah
enzim ini bereaksi dengan substrat dalam sitoplasma. Menyadari bahwa
badan-badan kecil dalam fraksi ini bukan mitokondria tetapi,malahan sejenis
organel sitoplasma baru. Akhirnya mereka pun mengusulkan nama lisosom untuk
organel sel ini.
Lisosom
ditemukan setelah mempelajari distribusi beberapa jenis enzim yang terlibat di
dalam metabolisme karbohidrat. Salah satu enzim yang terlibat di dalam
metabolisme karbohidrat. Salah satu enzim yang dipelajari adalah fosfatase asam
yang memecah gugus fosfat pada beberapa fosfat yang mengandung ester fosfat .
B.
Struktur Lisosom
Lisosom adalah organel pencerna pada sel hewan dan di temukan
disemua sel eukariotik. Lisosom berasal dari bahasa Latin
(kata lyso = pencernaan dan soma = tubuh). Lisosom adalah organel
yang termasuk dalam system endomembran, produk dari ER kasar dan Golgi
apparatus. Lisosom
memiliki keanekaragaman morfologi. Berbentuk agak bulat dan dikelilingi oleh
membran tunggal bilayer yang digunakan untuk mencerna makromolekul.
Organel
ini bermembran bulat, dengan diameter yang begitu kecil (hanya 0,2 µm sampai
0,4 µm) sehingga sukar dilihat dalam mikroskop. Jumlah lisosom dalam sangat
bervariasi menurut jenis selnya. Namun, ciri paling mencolok pada organel
khusus ini adalah bahwa ia mengandung sejumlah besar enzim hidrolase asam yang
aktivitas enzimnya aktif pada keadaan pH kurang lebih 5.
1.
Membran lisosom
Lisosom dapat mempertahankan kondisi
asam ini dengan cara membran lisosom memompa ion hidrogen dengan menggunakan bantuan
ATP sebagai sumber energi dari sitosol
ke dalam lumen lisosom. Proses masuknya ion hidrogen ini karena membran lisosom
mengandung protein integral yang kandungan glikosilatnya tinggi dan terdapat
garis pelindung dari karbohidrat yang mampu melindungi membran dari kerusakan.
Membran lisosom juga sangat terglikosilasi yang dikenal
dengan lysosomal-associated membran proteins (LAMP). Sampai saat ini sudah
terdeteksi LAMP-1, LAMP-2, dan CD63 atau LAMP-3. LAMP berguna sebagai reseptor
penerimaan kantong vesikel pada lisosom
Lisosom memiliki protein maker yang disebut sebagai
“Docking-marker acceptor”. Dengan demikian, lisosom akan dapat berfusi dengan
vesikula-vesikula target dengan tepat. Beberapa molekul sederhana dapat
menembus membran lisosom, misalnya quinakrin. Quinakrin dapat meningkatkan pH
di dalam lisosom jika diberikan ke dalam sel. Quinakrin digunakan di
laboratorium sebagai inhibitor fungsi lisosom. Lisosom memiliki fungi
pencernaan intra sel yang sangat luas meliputi pencernaan bahan-bahan intra dan
ekstra sel, mikroorganisme yang telah difagositosis dan program kematian sel
selama organogenesis
2. Enzim Lisosom
Ada banyak macam enzim yang terkandung dalam lisosom. Yang
khas dari lisosom adalah terdiri atas sekitar 50 enzim hidrolitik yang berbeda
yang dihasilkan di dalam RE kasar. Enzim ini disebut dengan lisozom. Enzim-enzim ini dapat
menghidrolisis semua bentuk makromolekul antara lain polisakarida, lipid,
fosfolipid, asam nukleat, dan protein. Enzim hidrolisis tersebut bekerja optimum pada pH asam
(sekitar 4,6). Kondisi asam ini dihasilkan dari pompa proton di membran organel
Jika dikelompok-kelompokkan, maka ada kelompok enzim
fosfatase, nuclease, protease, dan enzim pemecah lipid. Dari semua kelompok
enzim ini, enzim fosfatase asam adalah yang terbanyak. Substratnya sebagian
besar adalah ester dan lisosomnya sendiri berasal dari jaringan-jaringan hewan,
tumbuhan maupun protista. Enzim fosfatase yang lain adalah monofosfat dan
fosfodiesterase asam yang substratnya oligonukleotida dan diester fosfat.
Berikut ini merupakan tabel pengelompokkan beberapa enzim
yang terdapat pada lisosom.
Tabel 1. Pengelompokkan enzim lisosom
Enzim
|
Substrat
|
Phosphatase:
Acid phosphatase
Acid
phosphodiesterase
|
Phosphomonoesterus
Phosphodiesters
|
Nucleases:
Acid ribonuclease
Acid deoxyribinuclease
|
RNA
DNA
|
Proteases:
Cathepsin
Collagenase
|
Protein
Collagen
|
GAG-hydrolizing enzymes:
Iduronate Sulfatase
Β-galactosidase
Heparan N-sulfatase
α-N- Acetylglucosaminidase
|
Dermatan sulfate
Keratan sulfate
Heparan sulfate
Heparan sulfate
|
Polysaccharidases
dan Oligosaccharidases:
α-glucosidase
Fucosidase
α-manosidase
Sialidase
|
Glycogen
Fucosyloligosaccharides
Mannosyloligossacharides
Sialyloligosaccharides
|
Sphingolipid hydrolyzing enzymes:
Ceramidase
Glucocerebosidase
β-Hexosaminidase
Arylsulfatase
|
Ceramide
Glucosylceramide
GM2ganglioside
Galactosylsulfatide
|
Lipid hidrolysing enzimes:
Acid lipase
Phospholipase
|
Triacylglycerols
Phospholipids
|
Enzim yang tergolong dalam nuclease adalah RNA ase
substratnya RNA, dan DNA ase substratnya DNA. Asal lisosom keduanya sama yaitu berasal
dari jaringan hewan, tumbuhan, dan protista.
Enzim hidrolase terdiri dari: α-galaktosidase substratnya
galaktosida asal lisosomnya adalah jaringan hewan, tumbuhan, dan protista;
α-glukosidase substratnya glikogen; α-manosidase substratnya manosida; dan α-glukoronidase
substratnya polisakarida dan mukopolisakarida.
Enzim berikutnya adalah enzim yang termasuk ke dalam
golongan enzim protease yakni enzim katepsin substratnya protein, asal
lisosomnya adalah sel hewan. Berikutnya adalah enzim kolagenase, substratnya
kolagen, asal lisosomnya adalah sel tulang. Enzim terakhir dalam kelompok
protease adalah peptidase, substratnya peptide, asal lisosomnya adalah jaringan
hewan, tumbuhan, dan protista.
Berikutnya adalah enzim-enzim perombak lipid yang terdiri
dari esterase substratnya ester asam lemak, asal lisosomnya adalah jaringan
hewan, tumbuhan, dan protista. Enzim fosfolipase dengan substratnya fosfolipid,
lisosomnya juga berasal dari jaringan tumbuhan.
Jika ditinjau dari segi fisiologis, lisosom terdiri dari dua
kategori yaitu:
1.
Lisosom primer yang berisi enzim-enzim hidrolase dan lisosom sekunder yang
selain berisi hidrolase juga terdapat substrat yang sedang dicerna.
2.
Vakuola pencernaan yang berasal dari fusi antara fagosoma atau endosoma dengan
lisosom primer pada beberapa macam sel hewan.
Ada dua macam lisosom, yaitu lisosom
primer dan sekunder. Lisosom primer memproduksi enzim-enzim yang belum aktif.
Fungsinya adalah sebagai vakuola makanan. Lisosom sekunder adalah lisosom yang
terlibat dalam kegiatan mencerna. Ia berfungsi sebagai autofagosom
Lisosom primer pada umumnya adalah
vesikuli yang berbalutkan protein yang disebut klatrin. Klatrin akan lepas
begitu vesikuli juga lepas. Lisosom yang pertama dibentuk oleh sel dan belum
terlibat dalam aktivitas pencernaan sel disebut lisosom primer. Sedangkan
lisosom sekunder adalah lisosom yang merupakan hasil fusi berulang antara
lisosom primer dengan berbagai substrat yang berbatas membran (Albert et al.,
1983). Dengan demikian, lisosom sekunder telah terlibat dalam aktivitas
pencernaan sel dan di dalam lumennya terdapat substrat dan enzim-enzim
hidrolitik.
Lisosom sekunder memiliki dua fungsi
yang berbeda, yaitu:
1. Heterolisosom, yaitu bila
substrat yang dicerna berasal dari luar sel.
Dengan demikian, heterolisosom dibentuk dari hasil fusi antara lisosom primer dengan fagosom atau endosom. Heterolisosom sering disebut sebagai vakuola pencerna. Albert et al. (1983) membagi heterolisosom menjadi dua tipe, yaitu:
Dengan demikian, heterolisosom dibentuk dari hasil fusi antara lisosom primer dengan fagosom atau endosom. Heterolisosom sering disebut sebagai vakuola pencerna. Albert et al. (1983) membagi heterolisosom menjadi dua tipe, yaitu:
a)
Vakuola pencerna, yaitu hasil fusi antara fagosom (partikel-partikel yang
difagositosis seperti bakteri) dengan lisosom primer.
b)
Badan-badan multivesikula, yaitu hasil fusi antara beberapaendosom (substrat
yang masuk secara endositosis dan bukan dalam bentuk partikel) dengan lisosom
primer. Dengan demikian, badan-badan multivesikula merupakan kantung-kantung
berbatas membran dimana di dalamnya mengandung banyak vesikula- vesikula kecil dengan
diameter berkisar 50 nm.
2. Vakuola autofagi atau
autolisosom, yaitu lisosom yang mengandung dan mungkin mencerna
substrat-substrat intraseluler yang berbatas membran (sitosegresom), misalnya
organel-organel intraseluler seperti mitokondria. Autolisosom dibentuk dari
hasil fusi antara sitosegresom dengan lisosom primer.
Dalam sel, sesungguhnya terdapat
kerjasama yang erat antara heterolisosom dengan autolisosom. Selama heterofagi
berlangsung, protein- protein ditempatkan di dalam vesikula-vesikula endosom,
kemudian berfusi dengan lisosom primer dan selanjutnya mengalami hidrolisis.
Selama auto- fagi, sitosegresom berfusi dengan lisosom primer membentuk
autolisosom dan memasuki siklus pencernaan intrasel.
Tergantung pada keadaan
fisiologisnya, vakuola pencerna atau vakuola autofagi pada akhirnya mengalami
satu dari tiga kemungkinan yang terjadi, yaitu:
1.
Mengosongkan kandungannya dengan cara eksositosis atau defekasi seluler
2.
Menjadi bahan residu tanpa bahan hidrolase
3.
Menghidrolisis kandungannya secara sempurna untuk dapat berdifusi dan
selanjutnya siap untuk siklus aktivitas yang baru.
Tentang pembentukan sitosegresom, ada beberapa pandangan
yang diusulkan, yaitu:
1.
Sitosegresom dibentuk dari suatu membran sisterna yang melingkupi mitokondria
secara sempurna dan selanjutnya diikuti dengan degenerasinya membran dalam
2.
Sitosegresom dibentuk dari suatu membran yang melingkupi mitokondria secara
sempurna
3.
Sitosegresom dibentuk dari vesikula endosom yang melingkupi mitokondria secara
sempurna yang selanjutnya diikuti dengan berdegenerasinya membran dalam;
4.
Sitosegresom dibentuk dari vesikula endosom, dimana mitokondria memasuki
vesikula endosom melalui suatu celah
Bentuk akhir heteroslisosom dan autolisoson disebut
telolisosom atau postlisosom atau badan residu. Bahan-bahan yang terkandung di
dalam telolisosom sewaktu-waktu dapat dilepaskan. Proses pelepasannya dinamakan
defekasi seluler. Bahan-bahan yang telah dicerna di dalam lisosom dapat kembali
dilepaskan ke dalam sitoplasma dan selanjutnya terlibat di dalam proses
katabolisme atau anabolisme
C. Proses
Pembentukan Lisosom
Lisosom
dibentuk dari protein yang dihasilkan oleh ribosom dan kemudian masuk ke
retikulum endoplasma (RE). Protein yang dimasukkan kedalam membran kemudian
dikeluarkan ke sitoplasma. Namun, ada juga yang masuk ke golgi terlebih dahulu
baru kemudian dilepas ke sitoplasma. Jadi proses pembentukan lisosom ada 2
macam: pertama dibentuk secara langsung di RE dan kedua oleh Golgi.

Gambar. Proses pembentukan lisosom
Untuk prosesnya, enzim ini
mempunyai molekul penanda unik, yaitu manosa 6-fosfat (M6P) yang berikatan dengan oligosakarida terikat-N.
Seluruh glikoprotein yang ditransfer oleh retikulum endoplasma ke cis
Golgi memiliki rantai oligosakarida terikat-N yang identik, dengan manosa
di ujung terminalnya. Untuk membentuk manosa 6-fosfat, cis Golgi
membutuhkan situs pengenalan, yang disebut signal patch, yang memiliki
situs H3N+–COO−.
Pembentukan M6P ini memerlukan dua buah enzim, yaitu GlcNac
fosfotransferase yang berfungsi untuk mengikat enzim hidrolitik secara spesifik
dan menambah GlcNac-fosfat ke enzim. Kemudian terdapat enzim kedua yang
memotong GlcNac sehingga membentuk M6P. Satu enzim hidrolitik mengandung banyak
oligosakarida sehingga dapat mengandung banyak residu M6P. Setelah itu, dari cis
Golgi, enzim hidrolitik ini akan ditransfer ke trans Golgi.
M6P yang terikat pada enzim hidrolitik akan berikatan pada
reseptor protein M6P yang berada pada jaringan trans Golgi. Reseptor ini
terikat pada membran dan berguna untuk pemaketan enzim hidrolitik dengan
memasukkan enzim tersebut ke vesikel clathrin coats, dan nantinya
vesikel tersebut dikirim ke endosom lanjut. Pemaketan ini terjadi pada pH 6,5 –
6,7, dan dikeluarkan pada pH 6.
Pada endosom, enzim hidrolitik akan terlepas dari reseptor
M6P karena adanya penurunan pH (menjadi 5). Setelah terlepas, reseptor M6P akan
dibawa oleh vesikel transpor dari endosom kembali ke membran trans Golgi
untuk digunakan kembali. Transpor, baik menuju endosom atau kebalikannya,
membutuhkan peptida penanda (signal peptide) yang terdapat pada ekor
sitoplasmik dari reseptor M6P. Namun demikian, tidak semua molekul dengan M6P
dikirim ke lisosom; ada yang 'lolos' dari pengepakan dan ditransfer ke luar
sel. Reseptor M6P juga terdapat di membran plasma, yang berguna untuk menangkap
enzim hidrolitik yang lolos tersebut dan membawanya kembali ke endosom
Ada dua pendapat yang berkenaan
dengan asal dan pembentukan lisosom, yaitu:
1.
Berbagai bukti telah ditemukan bahwa protein-protein hidrolitik dibentuk
oleh ribosom yang terdapat pada retikulum endoplasma. Dari retikulum endoplasma
kasar, selanjutnya protein tersebut ditranslokasikan menuju permukaan
pembentukan badan golgi untuk diproses lebih lanjut. Setelah itu,
protein-protein hidrolitik dikemas dan dibungkus dalam bentuk vesikula-vesikula
untuk selanjutnya dilepaskan sebagai lisosom primer.
2.
Protein-protein hidrolitik dibentuk pada ribosom yang terdapat pada retikulum
endoplasma kasar, selanjutnya ia dilepaskan dalam bentuk vesikula menuju daerah
GERL (Golgi associated Endoplasmic Reticulum giving rise to Lisosom) yang
berdekatan dengan daerah permukaan matang badan golgi. Dari GERL, selanjutnya
dilepaskan vesiula-vesikula yang disebut lisosom primer .
D. Fungsi dan
Peranan Lisosom
Peranan fisiologi lisosom umumnya berhubungan dengan
pencernaan intraseluler. Misalnya pencernaan makanan yang berlangsung pada
protozoa dimana bahan-bahan yang berasal dari luar dicerna secara intraseluler
atau heterofagi. Endositosis merupakan persyaratan bagi pencernaan intraseluler
bahan eksogen dengan molekul tinggi. Bukti menunjukkan bahwa vakuola makanan
dihasilkan dari fusi antara endosom dengan lisosom primer.
Dalam darah, terdapat banyak sel-sel fagosit yang bekerja
sebagai penghalang yang efektif dari invasi mikroorganisme atau benda-benda
asing lainnya. Ada empat tipe fagosit darah, yaitu: Polymorpho Nuclear
Neutrofic Leukocytes (PMNs), Eosinofil, Basofil, dan Monosit. Meskipun keempat
tipe tersebut bersirkulasi di dalam darah, neutrofil dan monosit memiliki
kemampuan untuk meninggalkan aliran darah dan mengembara di seluruh jaringan
untuk menghilangkan bahan-bahan asing dalam jaringan dengan cara
memfagositosisnya.
Monosit di dalam jaringan akan berkembang menjadi dewasa dan
menjadi sel-sel makrofag. Berbagai jenis makrofag antara lain histiosit dalam
jaringan pengikat, makrofag alveolar di dalam paru-paru, sel-sel kuffer di
dalam jaringan hati, makrofag pelural di dalam peritoneal, osteoklas di dalam
tulang, sel mikroglia di dalam sistim saraf pusat, sel schwann di dalam serabut
saraf perifer, sel sinvial tipe A di dalam ruang sendi, dan makrofag di dalam
jaringan limfoid dan jaringan ikat (Subowo, 1990).
Lisosom memainkan peranan yang sangat penting dalam resorbsi
tulang yang dilakukan oleh osteoklas. Selain itu, lisosom memegang peranan
penting di dalam sekresi kelenjar tiroid oleh sel-sel epitel dari folikel
tiroid.
Lisosom memainkan peranan yang sangat penting selama
berlangsungnya fertilisasi pada berbagai jenis hewan termasuk manusia, terutama
selama berlangsungnya reaksi akrosom. Enzim-enzim yang dilepaskan dari vesikula
akrosom melakukan pencernaan terhadap selaput pelindung telur sehingga
memungkinkan sel pronukleid jantan masuk menembus membran telur untuk berfusi
dengan pronuklei betina. Selain itu,
fungsi dan peranan lisosom meliputi endositosis, autofagi dan fagositosis.
1.
Endositosis
Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke
dalam sel melalui mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan
dibawa ke vesikel kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal. Beberapa
materi tersebut dipilah dan ada yang digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma),
yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di endosom lanjut, materi tersebut bertemu
pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6.
Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan
membentuk lisosom
Endositosis dapat dibedakan ke dalam 2 kategori: Bulk-phases
endocytosis (dikenal juga sebagai pinositosis) dan Receptor-mediated
endocytosis.
a) Bulk-phases
endocytosis adalah pengambilan cairan dari bagian ekstraselular
untuk dibawa ke bagian dalam sel. Bulk-phases endosistosis juga dapat digunakan
untuk memindahkan bagian dari membran plasma ke organel lain yang membutuhkan
dan mengembalikan kembali bagian tersebut ke membran plasma.
b) Receptor-mediated
endocytosis adalah pengambilan makromolekul (ligand) yang spesifik
dari bagian luar. Makromolekul ini akan terikat pada reseptor yang terletak
pada bagian luar membran plasma.
Molekul
yang diambil menuju sel dengan cara endositosis berjalan melewati endocytic
pathway. Ada dua tipe reseptor yang berperan dalam endositosis. Reseptor
tersebut terletak pada bagian luar membran plasma. Reseptor pertama adalah “Houskeeping receptors”, yang bertanggung
jawab dalam pengambilan materi yang akan digunakan oleh sel. Reseptor yang
kedua adalah “Signaling receptors”,
yang bertanggung jawab dalam pengikatan ligan di bagian ekstraseluler yang
membawa pesan untuk mengubah aktivitas di dalam sel. Molekul yang ditangkap
oleh reseptor di membran plasma ditransportasikan ke endosom. Endosom berperan
sebagai pusat pendistribusian selama endositosis berlangsung. Cairan yang
terdapat di dalam endosom di jaga keasamannya dengan adanya sebuah H+-ATPase
di membran endosom. Endosom dapat dibagi menjadi dua, yaitu early endosom yang terletak di daerah
sekitar dalam sel, dan yang kedua adalah late
endosom yang tereletak lebih dekat ke bagian nukleus. Early endosom dan
late endosom dapat dibedakan dari berat jenisnya, pH dan komposisi protein.
Late endosom juga menerima enzim lisosom yang baru saja
disintesis dari bagian trans Golgi network. Enzim ini dibawa oleh
manosa-6-fospat (M6P). M6P akan kembali lagi ke TGN apabila enzim lisosom telah
dimasukkan ke dalam late endosom. Materi yang sudah ada di dalam late endosom
akan dicerna oleh enzim lisosom
2.
Autofagi
Autofagi merupakan proses yang digunakan untuk pembuangan
dan degradasi bagian sel sendiri, seperti organel yang tidak
berfungsi lagi. Selama proses ini berlangsung, sebuah organel seperti
mitokondria akan diselubungi oleh membran ganda yang merupakan derivat dari
sisterna RE. Membran RE kemudian bergabung dengan lisosom untuk membentuk
autofagolisosom.
Mula-mula, bagian dari retikulum endoplasma kasar
menyelubungi organel dan membentuk autofagosom. Setelah itu, autofagosom
berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom
(atau endosom lanjut). Ketika proses autofagolisosom selesai, organel yang
dicerna dikeluarkan sebagai residual body. Berdasarkan tipe dari sel
yang bersangkutan, isi dari residual body dikeluarkan dari dalam sel
secara eksositosis atau disimpan di dalam sitoplasma disebut lipofuscin
granule. Lipofuscin granule
akan meningkat jumlahnya seiring penambahan umur sel.
Proses ini berguna pada sel hati, transformasi berudu
menjadi katak, dan embrio manusia .
Perusakan sel terprogram oleh enzim lisosomnya sendiri
penting dalam perkembangan organisme. Misal, pada waktu kecebong
berubah menjadi katak, ekornya diserap secara bertahap. Sel-sel ekor yang kaya
akan lisosom mati dan hasil penghancuran digunakan di dalam pertumbuhan sel-sel
baru yang berkembang. Pada perkembangan tangan embrio manusia yang semula
berselaput hingga lisosom mencerna jaringan diantara jari- jari tangan tersebut
sehingga terbentuk jari yang terpisah seperti yang kita punyai sekarang.
Proses pencernaan yang terjadi secara enzimatis di lisosom
terdiri dari berbagai macam tergantung dari jenis dan asal bahan yang akan
dicerna. Bila bahan yang dicerna berasal dari luar sel proses pencernaanya
disebut heterofagi, sedangkan bila bahannya berasal dari dalam disebut
autofagi. Kedua proses pencernaan ini banyak dijumpai misalnya pada mekanisme
pertahanan tubuh, nutrisi, dan pengaturan sekresi. Selain kedua proses
pencernaan tersebut yang sifatnya intraseluler, enzim lisosom dapat pula
disekresikan ke luar dari sel atau disebut pencernaan ekstra sel misalnya yang
terjadi pada jaringan ikat hewan dan juga pada jenis jamur.
Proses pencernaan ekstra seluler yang dilakukan oleh lisosom
dilakukan dengan mencurahkan isi lisosom ke dalam daerah ekstra seluler. Jadi
pada proses ini yang dicerna adalah substabsi antar sel, misalnya pencernaan
ekstra sel yang mengakibatkan perubahan tulang dan tulang rawan.
Sebagai contoh dalam sel hati, mitokondria rata-rata
berumur 10 hari. Mitokondria yang telah berumur 10 hari dan tidak berfungsi
dilingkupi oleh sebuah organel yang berasal dari membran retikulum endoplasma
membentuk autofagosom. Kemudian autofagosom bergabung dengan lisosom agar
mitokondria dapat dihancurkan oleh enzim hidrolitik
3.
Fagositosis
Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran
besar dan mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama,
membran akan membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk fagosom.
Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan
berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut)
Fagositosis
dilakukan oleh beberapa tipe sel yang telah mengalami spesialisasi untuk mendegradasi
partikel besar (diameter > 0,5 μm) atau mikroorganisme dari lingkungan.
Kebanyakan protista seperti amoeba dan siliata memenuhi kebutuhan makanan
mereka dengan cara menangkap partikel makanan atau organisme yang lebih kecil.
Partikel makanan yang ditangkap dimasukkan ke dalam organel yang disebut
vakuola atau fagosom. Vakuola atau fagosom ini berasal dari sebagian kecil
(cubitan ke arah dalam) membran plasma. Fagosom akan bergabung dengan lisosom,
sehingga pertikel makanan yang ditangkap dicerna di dalam fagolisosom.
E. Kelainan
Akibat Lisosom
Berbagai kelainan turunan yang
disebut sebagai penyakit penyimpangan lisosom (lysosomal storage disease)
mempengaruhi metabolisme lisosom. Lysosomal storage diseases terjadi karena
mutasi di gen struktural sehingga kekurangan salah satu enzim hidrolitik aktif
yang secara normal ada dalam lisosom. Substrat yang tidak tercerna akan
menumpuk dan mengganggu fungsi seluler lainnya. Penyakit ini sangat jarang
ditemukan, yaitu sekitar 1 dari 7700 kelahiran manusia. Salah satu contohnya
adalah penyakit Pompe.
Penyakit Pompe adalah penyakit
genetik neuromuskular yang dapat terjadi pada bayi, anak-anak, dan manusia
dewasa, yang membawa gen cacat dari orang tuanya. Gejala penyakit ini adalah
perkembangan otot lemah, terutama pada otot untuk bernafas dan bergerak. Pada
bayi, penyakit ini juga menyerang otot jantung. Penyebabnya adalah cacat pada
gen yang bertanggung jawab untuk membuat enzim acid alpha-glucosidase (GAA)
yang terletak pada kromosom 17. Enzim GAA ini hilang atau diproduksi dalam
jumlah sedikit. Fungsi enzim ini untuk memecah glikogen, bentuk gula yang
disimpan pada otot, sehingga terjadi penumpukan glikogen pada lisosom.
Pada penyakit Pompe misalnya, hati
dirusak oleh akumulasi glikogen akibat ketiadaan enzim lisosom yang dibutuhkan
untuk memecah polisakarida. Pada penyakit Tay-Sachs, enzim pencerna lipid
hilang atau inaktif, dan otak dirusak oleh akumulasi lipid dalam sel. Untunglah
penyakit penyimpangan ini jarang ada pada populasi umum. Pada masa mendatang
mungkin penyakit penyimpangan ini dapat diobati dengan menyuntikkan enzim yang
hilang bersama dengan molekul adaptor yang menargetkan enzim-enzim untuk
penelanan oleh sel dan penggabungan dengan lisosom